Kamis, 20 Maret 2014

memori pertama tentang kenapa menulis

dulu aku suka menggambar. titik.

aku bercita-cita menjadi seorang pembuat komik alih-alih pilot, dokter, guru atau cita-cita klise anak kecil lain. aku kerap menjuarai lomba gambar sewaktu SD. sayang, kekecewaan seorang yang kupangil guru membuatku merasa menggambar bukan lagi apa yang aku inginkan.

aku ingat betul ketika kelas 5 SD, aku diikutkan lomba gambar dan mewarnai antar sekolah, dan berhasil menjadi juara I. namun ketika diikutkan ke tingkat selanjutnya, hasil karyaku hanya memperoleh juara III yang berarti: aku tak bisa maju ke tingkat selanjutnya.

sebenarnya akan menjadi hal yang sederhana andai saja guruku waktu itu (aku tak akan menyebutkan namanya) tak memasang ekspresi sangat kecewa seolah besok akan kiamat. karena setelah hari itu, dia tak pernah mengikutkan aku ke lomba-lomba lagi. sikapnya menjadi tak sehangat dulu.

sejak saat itu aku hanya jadi anak SD yang kesehariannya diisi dengan bermain dan menyewa VCD apa saja. sungguh, dalam kasus ini aku tak ingin menyalahkan guruku atau semacamnya. karena berawal dari sini aku menemukan keinginan lain yakni menjadi penulis.

semua berawal ketika aku menonton Jelangkung. meski sampai sekarang tak pernah berani melihat setan anak kecil itu (aku benar-benar tak bisa tidur saat melihat wajahnya tanpa sengaja di sekuel Jelangkung bertajuk Tusuk Jelangkung), aku nekat menontonnya berkali-kali. naik kelas 6, guru bahasa Indonesiaku menyuruh seluruh murid membuat karangan tentang apa saja di satu lembar kertas tulis. aku yang memang sejak kecil gemar membaca (rata-rata komik horor dan Doraemon), menjiplak cerita Jelangkung.

kamu tahu, aku mendapat pujian dari guru dan teman sekelas untuk ukuran anak kelas 6 SD tahun itu—yang aku asumsikan bila mereka belum menonton Jelangkung. pujian itu seperti titik balik, karena aku mendadak ingin menjadi penulis. meski aku belum pernah benar-benar membaca novel panjang, tapi aku memantapkan diri bahwa aku ingin menjadi penulis.

oh, iya, kepada bapak guru kesenianku di SD, terima kasih.

titik.

aa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar