Selasa, 22 April 2014

Before Happiness #1: Menciptakan Karakter Happy


Before Happiness adalah novel debutku. Saat tahu manuskrip ini dinyatakan layak untuk diterbitkan, tak ada kata selain: 'terima kasih Tuhan' dan 'akhirnya impian ini menjadi nyata' kuucap berkali-kali.

Aku ingat benar mulai menulis kisah Happy, karakter utama dalam novel ini, pada 2 Oktober 2013 dan selesai satu bulan kemudian. Seperti standar penerbit lainnya, aku harus menunggu tiga bulan untuk tahu apakah naskah layak terbit atau sebaliknya.

Kisah Happy ini sudah mengendap di kepala sejak lama. Lantaran merasa belum matang dan siap, aku membiarkannya plotnya tertulis di kertas lecek tempatku biasa menyimpan ide-ide. Baru pada akhir September 2013, entah dapat ilham darimana, aku memutuskan untuk menuliskannya.

Aku membuka contekan plot tersebut, melamun sebentar dan mulai menulis bab 1 yang butuh waktu 1 hari sendiri. Dalam satu hari pertama itu aku terus mengetik-membaca-menghapus karena merasa kurang sreg dengan pembukanya. Seperti sudah tersugesti, aku memang memiliki semacam kebiasaan menulis bab 1 dengan semenarik mungkin untuk mengiring siapapun bakal membuka halaman selanjutnya. Jika tidak menarik, aku merasa tak percaya diri untuk melanjutkan.

Maka begitu bab 1 kelar, aku tak memiliki beban dalam menulis bab-bab selanjutnya. Semuanya mengalir begitu saja meski diselingi dengan rehat beberapa hari karena faktor kerjaan yang tak memungkinkan memaksa mata terus melotot di depan laptop.

Ngomong-ngomong soal nama Happy, aku memilih nama tersebut bukan tanpa alasan. Karena ini berkaitan dengan garis takdir Happy sepanjang novelnya.

Nama Happy sendiri aku ambil dari nama saudara perempuanku. Karena kedekatanku dengan dia, aku memutuskan mentransformasi sikapnya yang kekanakan dalam novel ini. Jadi aku bisa membayangkan bagaimana Happy ketika dia mulai bertingkah abnormal seabnormal saudaraku itu.

Namun pada pertengahan jalan, saat sedang menunggu busway sepulang screening film di EX, aku menemukan karakter fisik Happy pada mbak-mbak cantik bertubuh mungil, berambut pendek messy, yang aku lihat berdiri di tengah antrean dengan tangan lentik sibuk 'memerkosa' androidnya. Begitu sampai kost, aku langsung membuka laptop, mengganti bagian-bagian fisik Happy supaya pas dengan deskripsi mbak tadi.

By the way, terima kasih pada mbak-mbak di busway pada hari itu. Siapa pun kamu :)

Setelah novel jadi, aku menemukan kemiripan mbak-mbak di busway dengan sosok Sheryl Shainafia. Kebetulan Happy juga gemar menyanyi di kamar mandi :D

Shery Sheinafia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar