Selasa, 20 Mei 2014

Review: GODZILLA [2014]

©Warner Bros

Godzilla atau Gojira / ゴジラ adalah rajanya para monster yang muncul pertama kali pada tahun 1954 lewat live action produksi Toho besutan Ishiro Honda. Sejak saat itu pamor kaiju (raksasa) satu ini semakin melambung dan berhasil menjadi ikon pop dunia.

Musim panas 1998, Roland Emmerich memperkenalkan Godzilla pada masyarakat barat. Walau raihan dollar cukup menggembirakan, film ini rupanya dianggap gagal hingga triloginya pun tak terealisasi. 

Namun Hollywood tak mau menyerah begitu saja. Buktinya, tahun ini mereka kembali membawa karakter yang diciptakan oleh Tomoyuki Tanaka, Ishiro Honda dan Eiji Tsubaraya tersebut ke layar lebar dengan Gareth Edwards duduk di kursi sutradara.

Saat proyek reboot ini tercetus dengan budget 184 miliar rupiah, sempat beredar anggapan miring terkait didapuknya Gareth yang angkat nama lewat sains fiksi MONSTERS (2010). Namun dalam promosinya, anggapan tersebut melumer lantaran Gojira versi terbaru dianggap lebih setia.

Pada tahun 1999 terjadi dua peristiwa anomali di dua tempat berbeda. Di pedalaman Filipina, sepasang ilmuwan menemukan fosil makhluk raksasa. Sementara itu di Jepang terjadi gempa misterius yang memporakporandakan situs nuklir Janjira dan menewaskan banyak orang. Lima belas tahun kemudian, dua kejadian tersebut menjadi cikal bakal insiden mengerikan yakni pertarungan monster bernama MUTO yang hidup dari daya radioaktif, dengan Godzilla.  

Untuk cakupan visual, terlebih dalam memamerkan kesetiaan menghidupkan kembali Godzilla dan bagaimana ia menghancurkan gedung-gedung pencakar langit, Gareth Edwards berhasil mempresentasikan dengan baik. Namun untuk urusan cerita dan akting, film ini tergolong miskin.

David Callaham selaku penulis naskah terbilang gagal memadukan unsur-unsur menarik selama proses kelahiran kembali Godzilla yang sudah didesain sedemikian rupa hingga tampil begitu keren oleh tim visual effect. Hal itu diperparah oleh akting Aaron Taylor-Johnson sebagai alpha male yang terbilang loyo. Entahlah, dalam film ini dia terlihat sibuk mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas. Pun dengan aktor-aktris lain yang kurang mendapat jatah tampil layak.

Meski begitu, kehadiran Godzilla sebagai jualan utama mampu memuaskan penonton atau fans fanatik yang kecewa dengan versi Emmerich. Terlebih epiknya duel MUTO vs Godzilla menjelang ending yang bakal membuatmu merinding dengan latar belakang raungan yang khas dan semburan atomic breath.

SCORE: 5/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar